Materi 3_Arti dan Tingkatan Sabuk

Arti dan Tingkatan Sabuk

Pengertian Sabuk dalam Taekwondo

Dalam seni bela diri Taekwondo, sabuk digunakan sebagai simbol tingkatan atau jenjang kemampuan seorang praktisi (disebut taekwondoin). Warna sabuk mencerminkan kemajuan mental, fisik, dan teknik seseorang selama latihan. Setiap warna memiliki makna filosofis tersendiri dan menunjukkan fase perkembangan dalam mempelajari Taekwondo.

Arti Warna Sabuk

Putih (Geup 10)

  • Melambangkan kemurnian, permulaan, dan niat belajar.
  • Dipakai oleh pemula yang baru mulai mengenal Taekwondo.

Kuning (Geup 9–8)

  • Melambangkan bumi, tempat akar mulai tumbuh.
  • Menunjukkan bahwa dasar-dasar Taekwondo mulai ditanamkan.

Hijau (Geup 7–6)

  • Melambangkan pertumbuhan.
  • Taekwondoin mulai mengembangkan keterampilan dan teknik dasar.

Biru (Geup 5–4)

  • Melambangkan langit atau surga, tempat pohon tumbuh ke atas.
  • Menandakan peningkatan teknik dan wawasan.

Merah (Geup 3–2)

  • Melambangkan bahaya.
  • Taekwondoin mulai memiliki kemampuan tinggi, tetapi harus belajar mengendalikannya.

Hitam (Dan 1 ke atas)

  • Melambangkan kedewasaan, penguasaan, dan awal yang baru.
  • Pemilik sabuk hitam telah memahami dasar Taekwondo dan mulai mempelajari filosofi serta tanggung jawab yang lebih besar.

Pemahaman terhadap tingkatan dan arti sabuk dalam Taekwondo tidak hanya penting untuk kemajuan teknik, tetapi juga untuk membentuk karakter, etika, dan semangat belajar yang tinggi. Setiap tahapan mengajarkan disiplin dan dedikasi dalam menapaki jalan seorang taekwondoin sejati.

Materi 2_Sejarah Taekwondo Indonesia1

Sejarah Taekwondo Indonesia

Masuknya Taekwondo ke Indonesia

Taekwondo mulai masuk ke Indonesia pada tahun 1975. Seni bela diri ini dibawa oleh warga Korea Selatan yang tinggal dan bekerja di Indonesia serta oleh WNI yang belajar di luar negeri. Dalam masa awal perkembangannya, muncul dua organisasi besar yang mewadahi kegiatan Taekwondo, yaitu:

  • Persatuan Taekwondo Indonesia (PTI) yang dipimpin oleh Letjen TNI (Purn) Leo Lopulisa, dan
  • Federasi Taekwondo Indonesia (FTI) yang dipimpin oleh Marsda TNI (Purn) Sugiri.

Kedua organisasi ini mengacu pada dua aliran berbeda di tingkat internasional, yakni ITF (International Taekwondo Federation) dan WTF (World Taekwondo Federation).

Referensi: Pengurus Besar Taekwondo Indonesia. (n.d.). Tentang Kami. https://taekwondo.or.id/tentang-kami


Penyatuan Organisasi: Lahirnya PBTI

Untuk menyatukan dua organisasi yang ada, dilakukan Musyawarah Nasional (MUNAS) I Taekwondo Indonesia pada 28 Maret 1981. Hasilnya adalah terbentuknya satu organisasi resmi Bernama Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PBTI). PBTI menjadi satu-satunya induk organisasi Taekwondo nasional, diakui oleh Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dan berafiliasi dengan federasi internasional (WTF/WT). Ketua Umum pertama adalah Sarwo Edhie Wibowo.

Referensi: Pengurus Besar Taekwondo Indonesia. (n.d.). Tentang Kami. https://taekwondo.or.id/tentang-kami


Taekwondo Jadi Cabang Resmi PON

Taekwondo resmi menjadi cabang olahraga yang dipertandingkan di Pekan Olahraga Nasional (PON) pada tahun 1985 yang diselenggarakan di Jakarta. Sejak saat itu, Taekwondo semakin berkembang luas di seluruh provinsi di Indonesia. Banyak dojang berdiri dan pembinaan atlet makin diperkuat melalui kejuaraan daerah hingga nasional.

Referensi: KONI Pusat. (n.d.). Daftar Cabor PON & Sejarah PON. https://koni.or.id


Perkembangan & Prestasi Internasional

Sejak terbentuknya PBTI dan pengakuan resmi, Indonesia secara aktif berpartisipasi dalam ajang internasional seperti SEA Games, Asian Games, Kejuaraan Dunia, dan Olimpiade. Atlet-atlet Indonesia, seperti Mariska Halinda, Defia Rosmaniar, dan lainnya telah meraih medali di level Asia dan dunia, terutama dalam kategori kyorugi dan poomsae.

Referensi: Antara News. (2018). Defia Rosmaniar Raih Emas Asian Games. https://www.antaranews.com


5. Taekwondo di Indonesia Saat Ini

Saat ini, Taekwondo menjadi salah satu olahraga bela diri paling populer di Indonesia. Terdapat ribuan dojang (tempat latihan resmi) yang tersebar di seluruh daerah. Taekwondo tak hanya diminati untuk prestasi, tapi juga sebagai latihan fisik, pembentukan karakter, dan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah & universitas. PBTI terus mengembangkan sistem pelatihan, sertifikasi, dan turnamen resmi untuk mendukung ekosistem Taekwondo nasional.

Referensi: Pengurus Besar Taekwondo Indonesia. (2023). Program & Kalender Kejuaraan. https://taekwondo.or.id

SEJARAH TAEKWONDO1

Sejarah Taekwondo

Asal Usul Zaman Kuno

Taekwondo berakar dari Korea sejak masa Tiga Kerajaan (57 SM – 668 M), yaitu Goguryeo, Silla, dan Baekje. Gerakan menyerupai bela diri modern ditemukan pada mural di makam kerajaan Goguryeo, yang memperlihatkan teknik pukulan dan tendangan. Seni bela diri seperti Taekkyon dan Subak telah digunakan untuk melatih prajurit pada masa itu.
Referensi: Hwang, Kee (1995). “History of Martial Arts in Korea”; Korea Foundation Cultural Series.

Masa Dinasti Goryeo dan Joseon

Pada masa Dinasti Goryeo (918–1392), Subak menjadi bagian dari ujian wajib militer dan dianggap penting untuk pertahanan negara. Namun, saat Dinasti Joseon (1392–1897) yang menganut Konfusianisme, seni bela diri mengalami kemunduran karena fokus beralih ke pendidikan dan moralitas sipil, meski Subak masih diajarkan di kalangan militer.
Referensi: Choi, Hong Hi (1999). “Taekwon-Do: The Korean Art of Self-Defense”.

Masa Pendudukan Jepang

Selama penjajahan Jepang (1910–1945), seni bela diri Korea dilarang dan banyak orang Korea terpaksa mempelajari seni bela diri Jepang seperti Karate dan Judo. Setelah kemerdekaan, master bela diri Korea mulai mendirikan kwan (sekolah) dan mengembangkan seni bela diri Korea modern dengan unsur Taekkyon, Karate, dan teknik militer.
Referensi: Capener, Steven D. (1995). “Problems in the Identity and Philosophy of T’aekwondo and Their Historical Causes.” Korea Journal.

Penetapan Nama “Taekwondo”

Pada tahun 1955, nama “Taekwondo” disepakati sebagai nama resmi seni bela diri Korea setelah diskusi antara para pemimpin kwan dan pemerintah. Nama ini diusulkan oleh Jenderal Choi Hong Hi untuk mewakili gabungan teknik tangan (kwon), kaki (tae), dan jalan hidup (do).
Referensi: Choi, Hong Hi (1983). “Taekwon-Do and I: The Memoirs of Choi Hong Hi”.

Terbentuknya ITF

Pada tahun 1966, Jenderal Choi membentuk International Taekwon-Do Federation (ITF) untuk menyebarkan Taekwondo secara global. ITF menekankan filosofi, pola (tul), teknik tangan dan kaki secara formal, serta disiplin moral. ITF berkembang pesat, terutama di Eropa Timur, Kanada, dan negara-negara Barat lainnya.
Referensi: ITF Official Website (https://itftkd.sport); Choi, Hong Hi (1999).

Munculnya WTF dan Taekwondo sebagai Olahraga

Akibat konflik politik antara Korea Utara dan Selatan, serta perbedaan pandangan dalam pengembangan Taekwondo, pemerintah Korea Selatan mendirikan World Taekwondo Federation (WTF) pada tahun 1973. WTF mengembangkan Taekwondo menjadi olahraga kompetitif dengan sistem pertandingan dan alat pelindung.
Referensi: Kukkiwon Textbook (2020); World Taekwondo Official Website (htps://worldtaekwondo.org).

Taekwondo Masuk Olimpiade dan Rebranding

Taekwondo pertama kali dipertandingkan sebagai olahraga demonstrasi di Olimpiade Seoul 1988, lalu resmi menjadi cabang Olimpiade di Sydney 2000. Pada tahun 2017, WTF mengganti nama menjadi WT (World Taekwondo) untuk menghindari konotasi negatif dari singkatan lama.
Referensi: IOC Official Website; World Taekwondo Press Release (2017).

Dua Aliran Besar Taekwondo Dunia

Hingga kini, dunia mengenal dua aliran besar Taekwondo:

  • ITF, yang fokus pada warisan tradisional dan filosofi moral.
  • WT (dulu WTF), yang fokus pada sistem olahraga dan kompetisi Olimpiade.
    Meski berbeda pendekatan, keduanya berkontribusi besar dalam menyebarkan nilai-nilai Taekwondo ke seluruh dunia.

Referensi: Park, Yeon Hee (2012). “Comparative Study of ITF and WT Taekwondo”; Korea Sport Science Review.